Meski memasuki pasar Eropa merupakan sebuah prestasi, di balik itu sebetulnya Tiket Pesawat Garuda sedang memulai sebuah pertarungan yang sangat ketat. Di sana begitu banyak perusahaan penerbangan besar berani melakukan investasi yang tidak sedikit demi memenangi pertarungan tersebut. Sebut saja perusahaan penerbangan Uni Emirat Arab, Tiket Pesawat Emirates. Mereka mengoperasikan puluhan pesawat dari berbagai jenis, termasuk puluhan superjumbo Airbus 380 untuk melayani penerbangan dari Dubai ke beberapa negara. Bandar Udara Dubai dijadikan sebagai pengumpul sekaligus distribusi penumpang ke semua kota besar di dunia. Begitu pula dengan perusahaan penerbangan Belanda, KLM, serta Lufthansa dari Jerman. Maskapai tersebut secara menggurita menguasai pasar penerbangan internasional. "Menghadapi kenyataan seperti ini, tidak ada pilihan bagi Garuda kecuali menjalin kerja sama dan memperkuat jaringan. Misalnya, untuk rute Amsterdam-Dubai-Jakarta pergi pulang, kami telah menjalin kerja sama dengan KLM dalam memasarkan tiket. Bahkan, KLM juga bersedia mengangkut penumpang Garuda dari Jakarta yang turun di Amsterdam, lalu ingin meneruskan penerbangan ke kota lain di Eropa dan Amerika," jelas Emirsyah Satar. Garuda juga tengah menjalin kerja sama dengan salah satu Tiket Pesawat maskapai asal Amerika Serikat. Maskapai itu nantinya meneruskan penumpang Garuda yang ingin terbang ke kawasan Amerika. Distribusi penumpang akan dilakukan di Bandar Udara Narita, Jepang. "Pasar penerbangan internasional saat ini menuntut Garuda harus lebih cerdik dan selalu kreatif agar mendapatkan kepercayaan dari para calon konsumen. Tanpa upaya seperti itu, Garuda tak akan mampu bertarung di pasar Eropa," kata Emirsyah. Jumlah penumpang yang terangkut itulah yang menjadi indikator keberhasilan ekspansi pasar dari sebuah maskapai. Sebagai pendatang baru di kawasan Eropa pada tahun 2010, Garuda perlu bekerja keras dalam mempromosikan keberadaannya di wilayah tersebut. Apalagi, sejak awal Mei 2010, Emirates pun membuka rute Amsterdam-Dubai-Jakarta pergi pulang dengan menggunakan pesawat Airbus 330-200, sama seperti yang dipakai Garuda. Secara bisnis, hal seperti ini wajar. Akan tetapi, bagi Garuda, langkah Emirates itu pertanda betapa ketatnya persaingan di pasar Eropa. Maka, ketika memutuskan untuk membuka kembali jalur ke kawasan tersebut, berarti segala daya dan upaya patut dikerahkan guna merebut hati para calon konsumen. Ambil contoh penerbangan Garuda dari Amsterdam ke Jakarta pada 9 Juni 2010. Saat itu penumpang yang terangkut hanya 72 orang dari 222 kursi yang tersedia. Ini sebuah isyarat tentang pentingnya mengoptimalkan promosi.
7 tahun yang lalu